Berbagi informasi seputar kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan daya baca masyarakat dan memberikan inspirasi dari kegiatan yang telah berlangsung. Beberapa kegiatan yang akan diliput media ini berupa Konfrensi Pers, Seminar, Kegiatan Umkm dan Pelatihan.

Jumat, 03 Oktober 2025

Konfrensi Pemuda Indonesia untuk Palestina Angkat Tema Pendidikan Anak

Sahabatrakyat.shop, Jakarta – Konferensi Pemuda Indonesia untuk Gaza Palestina mengangkat tema “Pendidikan Berbasis Hati” dalam forum webinar yang digelar secara daring. Narasumber, Dewi Asyanti, menyampaikan pentingnya pendidikan karakter yang berlandaskan hati dan keterhubungan dengan Allah.

“Apabila hati kita selalu terhubung dengan Allah, maka kita tidak akan bimbang dalam memilih sesuatu,” ujar Dewi dalam pemaparannya.

Menurutnya, pendidikan karakter sebaiknya dimulai sejak usia dini. Orang tua perlu memberikan keteladanan nyata kepada anak, tidak hanya mengajarkan logika, tetapi juga membentuk kepedulian. Salah satu contoh konkret adalah mengajarkan anak untuk berbagi melalui sedekah, misalnya kepada saudara-saudara di Palestina.

Dewi menegaskan bahwa cara terbaik mendidik anak agar dekat dengan Allah bukan hanya dengan memasukkan mereka ke pesantren, melainkan dimulai dari orang tua. “Orang tua yang dekat dengan Allah akan menjadi teladan. Itulah CCTV pribadi kita, karena Allah yang selalu mengawasi anak-anak,” ungkapnya.

Ia menambahkan, empati akan melahirkan tindakan nyata. Hati yang terdidik akan memunculkan ilham dari Allah, sehingga pendidikan berbasis hati menjadi sangat penting.

Dalam pemaparannya, Dewi menjelaskan bahwa mendidik sejatinya tidak sama dengan mengajar. Mengajar bersifat spesifik, yakni mentransfer pengetahuan. Sedangkan mendidik lebih luas, menyentuh aspek perkembangan anak secara menyeluruh, baik akademis, emosional, maupun spiritual.

“Peran ayah dan bunda sangat penting sebagai figur pertama dalam pendidikan anak. Karakter akan terbentuk melalui teladan nyata di rumah. Akademis akan berkembang bila hati anak juga terdidik,” tegasnya.

Pendidikan berbasis hati, lanjut Dewi, menekankan keterhubungan orang tua dengan Allah. Proses ini dimulai dari bonding atau keterikatan emosional, yang menjadi fondasi rasa cinta dan kasih sayang. Orang tua perlu meraba rasa perkembangan anak dengan kepedulian dan empati, menciptakan keseimbangan antara rasa, bahasa, dan intelektualitas.

Dewi juga menjelaskan pentingnya memperhatikan pola asuh sesuai usia. Pada usia dini, anak harus merasa terlindungi melalui pelukan, genggaman, dan pantauan orang tua. Sedangkan pada masa aqil baligh, anak perlu ditemani, diarahkan, dan didukung agar mampu tumbuh menjadi pribadi mandiri dan bertanggung jawab.

Materi yang ia sampaikan bersumber dari Al-Qur’an, karya Adriano Rusfi melalui Imanic Spiritual Inspire Psychology, serta pengalaman profesional yang ia jalani dalam dunia pendidikan dan pengasuhan anak.

Dalam sesi tanya jawab, salah seorang peserta, Nia, bertanya mengenai kurikulum yang seharusnya disusun sesuai kondisi serta tips untuk meningkatkan keterampilan anak. Menanggapi hal tersebut, Dewi menyampaikan perlunya ilmu raba-rasa pada anak agar orang tua mampu meningkatkan kepedulian.

Ia mencontohkan dengan kondisi Palestina saat ini, bahwa empati bisa menjadi pintu masuk pendidikan karakter. Sementara terkait kurikulum, Dewi mengibaratkannya sebagai sebuah masakan. “Kurikulum itu seperti masakan. Kita harus tahu output atau tujuan akhirnya. Harus jelas awal dan ujungnya,” pungkasnya. 

Kegiatan webinar ini merupakan langkah awal sebagai pra-Event upgrading kurikulum palestina yang dipublish juga di media promosi kami.

0 Comments:

Posting Komentar