Jakarta, Sahabat Rakyat – Dalam upaya meningkatkan kemampuan calon pandu literasi digital, kegiatan pembekalan kali ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Mas Dimas dan Ainurrahman. Keduanya menyampaikan berbagai materi penting terkait hak dan kewajiban peserta, hingga pemahaman mendalam tentang empat pilar literasi digital yang menjadi fokus utama kegiatan.
Penjelasan mengenai pandu literasi digital disampaikan oleh Mas Dimas, sedangkan materi terkait tes kompetensi yang akan diujikan diberikan oleh Ainurrahman. Dimas menjelaskan tentang hak dan kewajiban peserta serta pembekalan empat literasi digital. Peserta juga akan diberikan tugas soal mengenai kecakapan, etika, dan budaya. Pengalaman menjadi salah satu faktor yang menentukan peserta dalam mengikuti seleksi ini. Pengumuman hasil akhir akan diumumkan pada 14 Oktober di akun masing-masing.
Urgensi kecakapan digital menjadi pembahasan pertama oleh Ainurrahman. Ia menekankan pentingnya topik ini karena pertumbuhan pengguna internet di Indonesia yang begitu tinggi. Ainurrahman juga membahas ketidakbenaran informasi, seperti kasus telur palsu dan rekayasa babi ngepet di Depok. Hal ini menjadi contoh disinformasi yang sering terjadi. Ia mengingatkan pentingnya prinsip “saring dulu sebelum sharing” terhadap setiap informasi yang diterima.
Dalam penyampaian materi kepada publik, Ainurrahman menekankan pentingnya memahami profil audiens dan menyesuaikan strategi penyampaian kepada masing-masing kelompok. Teknik public speaking digital interaktif juga menjadi poin penting yang harus dipahami oleh pandu literasi digital. Pembahasan ini sekaligus menutup sesi cakap digital dari Ainurrahman.
Materi berikutnya, aman digital, membahas tentang praktik phissing di dunia digital. Peserta diajak memahami landasan hukum perlindungan data pribadi serta kiat-kiat proaktif menjaga keamanan data. Ainurrahman juga menjelaskan pentingnya membangun benteng keamanan akun dan perangkat komunikasi, di antaranya dengan penggunaan kata sandi yang kuat dan autentifikasi dua faktor.
Ia menambahkan, ancaman phissing atau rekayasa sosial menargetkan keuangan korban, sedangkan malware menargetkan data berharga untuk diminta tebusan. Selain itu, pencurian data pribadi dan game sweeping sering kali dilakukan dengan cara meminta verifikasi melalui SMS. Pengelolaan rekam jejak aktif dan pasif juga menjadi pembahasan penting untuk melindungi diri dari kejahatan siber, sebab kejahatan digital bisa terjadi kapan saja bila ada kesempatan.
Pentingnya penyampaian materi yang mengalir dan jelas turut ditekankan, termasuk pemahaman tentang perbedaan antara data pribadi umum dan khusus.
Materi ketiga mengenai digital culture menjadi bagian penting dalam pembekalan ini. Ainurrahman menjelaskan bahwa basis ketahanan nasional non-militer, eksposur nilai, dan erosi identitas lokal perlu diwaspadai. Implementasi nilai-nilai Pancasila serta cinta tanah air di ruang digital harus diterapkan dalam kehidupan bermedia. Pilar budaya positif dibahas karena berkaitan dengan toleransi, empati, dan kesopanan, dengan tujuan agar tidak menimbulkan kegaduhan di media sosial.
Selain itu, Ainurrahman juga menyoroti klasifikasi serta ancaman konten negatif yang dapat menimbulkan perpecahan akibat ketidakbijakan dalam penggunaan media digital. Ia menegaskan pentingnya penerapan hak kekayaan intelektual (HAKI), larangan plagiarisme, dan budaya atribusi digital agar masyarakat mampu beretika di dunia maya.
Kiat-kiat penyampaian materi etika digital yang efektif serta evaluasi pemahaman etika digital turut menjadi bagian dari pembahasan. Acara ditutup dengan penjelasan mengenai proses rekrutmen calon pandPembekalan Pandu Literasi Digital Bahas Urgensi Kecakapan dan Etika di Dunia Mayau literasi digital.














